Doa-Doa yang dha`if dalam Al-Ma'tsurat Al-Shugra
Inilah doa yang hadits lemah dalam al-ma'tsurat
[11]
Adz-Dzahabī, Muhammad bin
Ahmad Adz-Dzahabī, Mīzānu Al-I`tidāl Fī Naqdi Ar-Rijāl. Cetakan
Pertama. 1995/1416 H. Beirut: Dār Al-Kutub Al-`Ilmiyyah. Juz 5,
hlm.306
Doa-Doa yang dha`if dalam Al-Ma'tsurat
Al-Shugra
Berhubung
terdapat permintaan dari ikhwah fillah mengenai doa-doa mana saja yang dhaif
dalam al-ma'tsurat al-Shugra, maka ana kembali menyusun tulisan khusus
mengenainya, setelah tulisan yang terdahulu dengan judul "Al-Ma'tsurat
al-Shugra Dha`if…???"
Doa-doa
yang terdeteksi kelemahannya adalah sebagai berikut:
1.
Membaca Al-Baqarah ayat 1-5
& Membaca Dua ayat sesudah ayat kursi;
Hadits di atas diriwayatkan oleh Imam
At-Tabrani dalam kitab Al-Mu'jam Al-Kabir-nya, no.8592; Imam Ad-Darimi
bab Fadhlu Awwalu Sūrata Al-Baqarah, no.3382; Al-Baihaqi dalam kitab Syu'abul Iman bab Takhshīshu
Khawātimu Sūrata Al-Baqarah, no.2188.
Imam Al-Hafiz Al-Haitsami mengatakan bahwa
rijal-rijal hadis yang ada dalam jalur periwayatan At-Tabrani adalah rijal yang
shahih, hanya saja Asy-Sya'bi tidak pernah mendengarkan hadits secara langsung
dari Abdullah bin Mas'ud.[1]
Inilah yang menyebabkan
dhaifnya hadits ini, yaitu terputusnya jalur periwayatan antara Ibnu Mas'ud dan
Asy-Sya'bi.
2.
Membaca doa:
أصبحنا وأصبح
الملك لله والحمد لله لا شريك له لا إله إلاَّ الله وإليه النشور.
Sementara pada waktu sore hari dianjurkan membaca:
أمسينا وأمسى
الملك والحمد كله لله لا شريك له لا إله إلاَّ هو وإليه المصير.
Diriwayatkan oleh Imam Al-Bazzar dalam Musnadnya bab
no.8685, Al-Hafizh Al-Haitsami berkata dalam Majma` Al-Zawā'id wa Manba`
Al-Fawā'id sanadnya jayid.[2]
Diriwayatkan pula oleh Imam Al-Bukhari dalam Kitab Al-Adab Al-Mufrad (yaitu
sebuah kitab yang bukan merupakan bagian dari Shahih Bukhari), no.604,[3]
Dalam jalur periwayatan di atas para ulama hadits
mempermasalahkan seorang perawi yang bernama `Umar bin Abi salamah. Ibnu Abi Hātim
meriwayatkan dengan sanadnya bahwa Syu`bah mendha`ifkan `Umar bin Abi Salamah.[4]
Imam Ahmad menyatakan bahwa `Umar bin Abi Salamah insya Allah Shalih.[5]
Ibnu Al-Jauzī meriwayatkan bahwa Imam Al-Rāzī menyatakan
`Umar bin Abi Salamah tidak dapat digunakan haditsnya dalam berhujjah.[6]
Imam An-Nasa'I menyatakan bahwa ia tidak kuat haditsnya (laitsa bi
al-Qawī).[7]
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani menyebutkan bahwa
Yahya bin Ma`īn menyatakan `Umar bin Abi Salamah tidak mengapa haditsnya
(Laitsa bihī ba'sa). Akan tetapi dalam riwayat yang lain Yahya bin Ma`īn
mendha`īfkannya. Abu Hatim mengatakan,"Menurutku `Umar bin Abi
Salamah sebenarnya adalah shalih dan jujur, akan tetapi itu bukan berarti aku
menganggap haditsnya kuat, para ulama menulis hadits darinya, akan tetapi
mereka tidak berhujjah dengannya, karena haditsnya menyelisihi periwayatan
ulama-ulama lainnya."[8]
Melihat uraian dari para ulama di atas, maka hadits
ini dengan susunan sanad dan matan seperti ini berderajat dha`if.
Sebenarnya
dalam hal ini ada doa dengan redaksi yang mirip dan lebih Shahih, yaitu:
أَمْسَيْنَا(أصبحنا) وَأَمْسَى
(وأصبح ) الْمُلْكُ لِلَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ
لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِى هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهَا وَأَعُوذُ
بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِى هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهَا رَبِّ أَعُوذُ بِكَ
مِنَ الْكَسَلِ وَسُوءِ الْكِبَرِ رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِى النَّارِ وَعَذَابٍ
فِى الْقَبْرِ .
Doa ini
diriwayatkan oleh Imam Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Hibban.
33.
Membaca doa:
اللهم أصبحت منك فى نعمة و عافية و ستر فأتم
نعمتك على و عافيتك و سترك فى الدنيا و الآخرة.
Diriwayatkan oleh Ibnu
Sinni bab Mā Yaqūlu Idzā Asbaha, no.55.[9]
Selain itu, Imam Ibnu Sunni hanya sendiri dalam meriwayatkan hadits ini.
Dalam sanad hadits ini
terdapat `Amr bin Al-Husain, Imam Ad-Daruquthni berkata ia adalah
Matruk (ditinggalkan haditsnya).[10]
Disebutkan pula oleh Adz-Dzahabi Mīzānu Al-I`tidāl Fī Naqdi Ar-Rijāl.[11]
Dengan demikian, hadits ini dha`if.
Selain
3 doa di atas, terdapat dua doa yang bukan berasal dari hadits, dan hanya
sebagai doa biasa, yaitu:
اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَنَبِيِّكَ وَرَسُوْلِكَ النَّبِىِّ ا ْلأُمِّىِّ وَعَلَى
الِهِ وِصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا عَدَدَ مَا أَحَاطَ بِهِ عِلْمُكَ وَخَطَّ
بِهِ قَلَمُكَ وَأَحْصَاهُ كِتَابُكَ. وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ
سَادَاتِنَا أَبِى بَكْرٍ وَ عُمَرَ وَ عُثْمَانَ وَ عَلِىٍّ وَ عَنِ الصَّحَابَةِ
أَجْمَعِيْنَ وَ عَنِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِيْهِمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ
وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُللَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
أَللَّهُمَّ إِنَّكَ تَعْلَمْ أَنَّ هَذِهِ الْقُلُوْبَ
قَدِاجْتَمَعَتْ عَلَى مَحَبَّتِكْ وَالْتَقَتْ عَلَى طَاعَتِكَ وَتَوَحَّدَتْ عَلَى
دَعْوَتِكَ وَتَعَاهَدَتْ عَلَى نَصْرَةِ شَرِيْعَتِكَ فَوَثِّقِ اللَّهُمَّ رَابِطَتَهَا
وَاَدِمْ وُدَّهَا وَاهْدِهَا سُبُلَهَا وَامْلأَهَا بِنُوْرِكَ الَّذِىْ لاَيَخْبُوْا
وَ اشْرَحْ صُدُوْرَهَا بِفَيْضِ الإِْيْمَانِ بِكَ وَجَمِيْلِ التَّوَكُّلِ عَلَيْكَ
وَأَحْيِهَا بِمَعْرِفَتِكَ وَأَمِتْهَا عَلَى الشَّهَادَةِ فِىْ سَبِيْلِكَ إِنَّكَ
نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ اَللَّهُمَّ آمِيْنُ صَلِّى اللَّهُمَّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Mengenai kedua doa ini, ana berpendapat bahwa
keduanya bisa diamalkan dengan niatan hanya sebagai doa biasa, karena dalam
konteks doa biasa, semuanya bisa dibaca, meskipun bukan berasal dari hadits.
STATEMENT PENUTUP:
Mungkin muncul pertanyaan, apakah doa yang dhaif di atas masih tetap
dapat diamalkan atau tidak ???
Dalam hal ini, ana sudah melihat komentar dari para ulama hadits mengenai
pengamalan doa dhaif seperti ini, dan sampai pada satu kesimpulan bahwa doa-doa
dhaif di atas masih bisa di amalkan, akan tetapi niat ketika mengamalkannya diniatkan sebagai doa
biasa dan tidak dibaca secara rutin.
Wallahu A'lam
Khadim Al-Qur'an wa As-Sunnah
Aswin Ahdir Bolano
[1] Al-Haitsami, Ali bin Abu Bakr, Majma' Az-Zawa'id wa
Manba' Al-Fawa'id. 1988. Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah (Maktabah
Syamilah), no.17013
[2] Al-Haitsami, Ali bin Abu Bakr, Majma' Az-Zawa'id wa
Manba' Al-Fawa'id. 1988. Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah (Maktabah
Syamilah).hlm.69
[3]Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail, Al-Adab
Al-Mufrad (Tahqiq: Muhammad Fu'ad Abdul Baqī). 1989/1409 H. Beirut: Dār
Al-Basyā'ir Al-Islamiyah (Maktabah Syamilah).hlm.211
[4] Al-Rāzi, `Abdurrahman bin Abi Hātim, Al-Jarh
wa Al-Ta`dīl. 1952/1271 H. Cetakan ke-1. Beirut: Dār Ihyā' Al-Turāts
Al-`Arabi (Maktabah Syamilah).hlm.146; Lihat pula Al-`Uqailī,
Muhammad bin `Amru bin Mūsā, Ad-Dhu`afā' (Tahqiq: Abdul Mu`thī Amīn
Qa`lajī). 1984/1404 H. Cetakan ke-1. Beirut: Dār Al-Maktabah Al-`Ilmiyah
(Maktabah Syamilah).hlm.164
[5]Asy-Syaibani, Abu Abdullah Ahmad bin
Muhammad bin Hanbal,, Al-`Ilal wa Ma`rifata Al-Rijāl (Tahqiq: Washiyallah bin Muhammad `Abbas). 1988/1408 H. Beirut: Al-Maktab Al-Islamī
(Maktabah Syamilah). No.909.
[6] Ibnu Al-Jauzī, `Abdurrahman bin `Alī bin
Muhammad bin Al-Jauzī Abu Al-Faraj, Ad-Dhu`afā' wa Al-Matsrūkin (Tahqiq:
Abdullah Al-Qadhī). 1406 H. Beirut: Dār Al-Kutub Al-`Ilmiyah (Maktabah
Syamilah). No.2467.
[8] Al-Asqalani, Muhammad bin `Ali bin Hajar, Tahdzību
At-Tahdzīb. 1326 H. India: Mathba`ah Dā'irah Al-Ma`ārif (Maktabah
Syamilah).no.759
[9] Ibid
[10]
Ad-Dāruquthni, `Ali bin `Amr
bin Ahmad, Ad-Dhu`afā wa Al-Matrūkīn (Tahqiq: Muhammad bin Latif
As-Shubagī). 1980/1400 H. Cetakan Pertama. Beirut: Al-Maktab Al-Islami, hlm.186
Posting Komentar untuk "Doa-Doa yang dha`if dalam Al-Ma'tsurat Al-Shugra"