Syarah Risalah Da`watuna (Bagian 1)
Syarah Risalah Da'watuna (Bagian 1)
Syarah
Risalah Da`watuna
(Bagian 1)
Bismillahirrahmanirrahim………
Segala puji
bagi Allah SWT yang telah menganugerahkan kepada kita Iman dan Islam, serta
mengenalkan kita kepada jalan dakwah ini. Shalat dan salam untuk junjungan kita
Rasulullah SAW, semoga Allah SWT berkenan memberikan kita kekuatan untuk
meneladani setiap jejak langkah kaki beliau dalam mengusung risalah islam yang
mulia ini.
Risalah
da`watuna
adalah salah satu risalah penting yang disusun oleh Syaikh Hasan al-Banna dalam
hidupnya, ia merupakan tulisan ringkas yang padat dengan penjelasan singkat mengenai gerakan dakwah yang beliau serukan selama
hidupnya, yang merupakan buah dari telaah panjang beliau terhadap Al-Qur'an dan
sunnah serta problematika umat islam yang kian menyimpang jauh dari keduanya.
Di sisi
lain, terbatasnya akses terhadap karya-karya tulis dan risalah Syaikh Hasan
al-Banna dari banyak daerah di Indonesia (khususnya Indonesia Timur), mendorong
penulis untuk melahirkan karya-karya ulasan ringkas mengenai risalah-risah
tersebut dan menyebarnya melalui dunia maya. Hal ini bertujuan untuk mengisi
kekosongan dalam barisan dakwah ini dan memudahkan para aktivis dakwah untuk
mengambil manfaat darinya. Semoga Allah memudahkan dan memberkahi semua langkah
dalam dakwah kita. Amien………
Syaikh Hasan
al-Banna-semoga Allah SWT merahmati beliau- berkata dalam Risalah da`watuna:
Musharahah
(Penjelasan)
Beliau
berkata,"Kita ingin menjelaskan kepada semua manusia mengenai tujuan
dakwah kita, memperlihatkan ke hadapan mereka manhaj (metode) kita, dan menghadapkan
kepada mereka dakwah kita dengan tidak disamar-samarkan dan tidak pula
ditutup-tutupi sedikitpun, dengan penjelasan yang lebih terang dari sinar
matahari, lebih cerah dari cahaya fajar di waktu subuh, serta lebih jelas dari
cahaya matahari di siang hari.
Syarah
(Penjelasan):
Melalui
pernyataan di atas, Syaikh Hasan al-Banna ingin menegaskan kepada semua umat
islam yang masih ragu kepada dakwah yang beliau serukan bahwa keinginan
terbesar yang ada di dalam hati beliau dan orang-orang yang berada dalam
barisan dakwah ini adalah untuk menyampaikan dan menerangkan kepada manusia
bahwa dakwah ini adalah dakwah yang tidak ada sedikitpun masalah yang perlu
diragukan terhadapnya. Hal ini juga merupakan seruan terbuka kepada semua orang
yang salah faham dengan dakwah beliau untuk segera melakukan tabayun
(klarifikasi) secara langsung, sehingga tidak ada lagi pernyataan-pernyataan
negative terhadap dakwah ini yang berakar dari ketidakfahaman.
Bara'ah (Bersih/Suci)
Syaikh Hasan
al-Banna berkata dalam risalah da'watuna pada point ini bahwa,"Kita
sangat menginginkan dengan hal ini agar kaum kita –setiap orang islam adalah
kaum kita- mengetahui bahwa dakwah yang diserukan oleh Ikhwanul-Muslimin
adalah dakwah yang bersih dan suci, yang dengannya telah lahir pribadi-pribadi yang
suci , mulia dengannya pribadi-pribadi yang dahulunya hina, dan dengannya telah
ditinggalkan berbagai hawa nafsu dan keinginan yang menyimpang. Sebagaimana
jalan yang telah lama dituliskan oleh kitab yang haq untuk para da'I yang
mengajak kepada jalan-Nya:
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ
اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
"Katakanlah:
"Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak
(kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada
termasuk orang-orang yang musyrik." (Yusuf 12:108)
Tidaklah kita meminta sesuatu pun kepada manusia (atas dakwah ini),
tidak pula kita menetapkan atas mereka kewajiban untuk memberi kita harta dan
imbalan, tidak pula kita menginginkan kepada mereka tujuan-tujuan tertentu,
serta tidak pula kita mengharap dari mereka suatu balasan ataupun ucapan terima
kasih, karena sesungguhnya ganjaran dan imbalan kita (terhadap gerakan dakwah
ini) hanyalah dari Dzat yang telah memilih jalan ini untuk kita".
Syarah:
1. Pada bagian
ini, Syaikh Hasan al-Banna berbicara dan mengungkapkan kepada kita bahwa dakwah
ini adalah dakwah yang suci dan bersih dari berbagai tendensi keduniaan. Tidaklah
ada satu bidang dan masalah pun dari urusan-urusan dunia yang disentuh oleh
para penggerak dakwah ini melainkan hal itu semata-mata untuk kemaslahatan kaum
muslimin seluruhnya, baik local, nasional, maupun global. Selain itu, dengan
adanya dakwah ini, telah banyak lahir generasi pembaharu yang mulia, setelah
dahulunya terjebak pada masa dan kondisi kejahiliyahan di rimba modern.
2. Salah satu
kesadaran yang ingin ditanamkan oleh Syaikh Hasan al-Banna kepada para aktivis
dakwah adalah kesadaran untuk memperkuat ukhuwah islamiyah antara
seorang aktivis dengan aktivis yang lain, antara satu harokah dengan harokah
yang lain, serta yang paling penting adalah antara seorang aktivis dakwah
dengan umat yang menjadi sasaran dan objek dakwahnya. Inilah maksud yang beliau
isyaratkan dengan memberikan pernyataan yang tegas:
"–setiap
orang islam adalah kaum kita-"
3. Dakwah ini
bukanlah dakwah gaya baru yang menimbulkan aliran dan faham baru sebagaimana anggapan
sebagian kalangan. Sebab, dakwah ini adalah sebuah gerakan yang akarnya adalah
panggilan jiwa yang suci yang telah tersentuh oleh pancaran cahaya kitab yang
suci pula, hingga buahnya adalah komitmen dan aksi nyata untuk terus bergerak
dan berkontribusi dalam perbaikan umat. Inilah maksud Syaikh Hasan al-Banna
yang diisyaratkan dengan mengutip ayat di atas,
"Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang
mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci
Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik." (Yusuf
12:108)
Tsaqofah :
Dalam menafsirkan surat Yusuf ayat 108 di atas, Imam Ibnu Jarir
(ulama tafsir abad ke-4 Hijriyah) –semoga Allah SWT merahmati beliau-
menyebutkan dalam tafsirnya (Tafsir al-Thabari):
"Dalam ayat ini Allah SWT berfirman kepada Nabi-Nya,"Katakanlah
hai Muhammad bahwa dakwah yang aku menyeru kepadanya dan jalan yang aku lalui
ini adalah bagian dari dakwah yang menyerukan untuk mentauhidkan Allah, mengikhlaskan
ibadah hanya kepada-Nya dengan meninggalkan tuhan-tuhan yang lain dan juga berhala-berhala,
serta mengajak kepada ketaatan dan meninggalkan maksiat ." (Tafsir
al-Thabari)
Imam Ibnu Jarir melanjutkan pemaparan beliau bahwa makna kata "Sabili"
dalam ayat ini maknanya adalah "dakwahku dan jalan hidupku".
Sementara makna kata "`Ala Bashirah" maknanya adalah keyakinan
yang ditopang dengan ilmu dan pengetahuan.
4. Salah satu
isyarat yang ada dalam surat Yusuf ayat 108 ini adalah "Kekokohan
kaderisasi". Yaitu adanya para murabbi-murabbi (para
pembina) handal yang memiliki kemampuan untuk mencetak mutarabbi-mutarabbi
yang kapasitas pemahamannya terhadap dakwah ini minimal sama dengan pembinanya.
Sehingga di kemudian hari lahirlah binaan-binaan yang kinerja dan kapasitas
gerakan dakwahnya menyamai para pembinanya. Inilah yang dimaksudkan dalam
isyarat kalimat
"… aku dan
orang-orang yang mengikutiku… "
5. Salah satu
isyarat lain yang ada dalam ayat ini pula yaitu "Kesungguhan dan
komitmen dakwah yang disyiarkan". Kesungguhan dan komitmen dakwah
yang akar terdalamnya adalah Ikhlas dan rasa memiliki terhadap dakwah, serta
buahnya adalah kontribusi semaksimal mungkin dalam setiap agenda dan syiar
dakwah. Ia tidak lagi merasa dakwah ini adalah miliki jamaah ini, ia tidak lagi
merasa bahwa dakwah ini adalah milik hizb ataupun organisasinya. Sebab, yang
ada dalam hatinya adalah "Dakwah ini Milikku". Jika dakwah ini
milikku, maka komitmenku adalah:
"Jika ada 1000 orang yang berjuang di jalan dakwah, maka
salah satunya adalah aku………
Jika ada 100 orang yang berjuang di jalan dakwah, maka salah
satunya adalah aku…..
Jika ada 10 orang yang berjuang di jalan dakwah, maka salah
satunya adalah aku….
Jika hanya ada 1 orang yang berjuang di jalan dakwah, maka itu
adalah aku…
Dan jika sudah tidak ada lagi yang berjuang di jalan dakwah, maka
saksikanlah…!!! Bahwa aku telah syahid……
6. Terkadang
dalam perjuangan yang panjang dan melelahkan di jalan dakwah, padatnya agenda
dakwah serta sempitnya waktu yang harus dibagi dengan waktu mencari kehidupan
untuk diri sendiri ataupun keluarga, tidak sedikit yang kemudian mulai
bertanya-tanya kepada diri mereka sendiri "untuk apa kita habis-habisan
dalam dakwah ini….??? Apakah yang kita harapkan dari dakwah ini….??? Jawaban
terhadap masalah inilah yang dimaksudkan Syaikh Hasan al-Banna dalam
perkataannya," Tidaklah kita meminta sesuatu pun kepada manusia (atas
dakwah ini), tidak pula kita menetapkan atas mereka kewajiban untuk memberi
kita harta dan imbalan, tidak pula kita meminta kepada mereka tujuan-tujuan
tertentu, serta tidak pula kita mengharap dari mereka suatu balasan ataupun
ucapan terima kasih, karena sesungguhnya ganjaran dan imbalan kita (terhadap
gerakan dakwah ini) hanyalah dari Dzat yang telah memilih jalan ini untuk
kita".
`Athifah (Belas
Kasih & Cinta)
Syaikh Hasan
al-Banna berkata,"Kita sangat menginginkan agar kaum kita (kaum
muslimin) mengetahui bahwa mereka lebih kita cintai daripada diri kita. Kecintaan
kita kepada mereka akan menebus mereka dari penjajahan jika mereka terjajah,
membuat kita mengorbankan segala sesuatu yang berharga untuk membela mereka,
kemuliaan mereka, agama mereka, dan harta-harta mereka jika mereka memiliki
harta. Tidak ada yang membuat kita seperti ini kepada mereka melainkan rasa
kasih sayang dan cinta kita kepada mereka yang telah tertanam dalam hati dan
jiwa kita. Inilah yang membuat kita tidak bisa tidur dan sangat banyak meneteskan air mata kita. Sungguh, cukuplah
yang menguatkan kita di jalan ini adalah ketika kita melakukan sesuatu yang
dapat menjaga umat ini, ketika kita
dapat menyelamatkan mereka dari kelemahan, serta ketika melihat mereka tenang
dalam kehidupan ini. Oleh karena itu, haruslah kita sadari bahwa di jalan
dakwah ini kita lebih banyak bekerja untuk kemaslahatan umat daripada bekerja
untuk kepentingan diri kita. Sadarilah wahai kaum kami! Kami adalah untuk
kalian, dan tidaklah pernah berlalu satu haripun dari hari-hari kami melainkan
kami memikirkan kalian.
Syarah:
1.
Hal pertama yang harus ditanamkan
oleh seorang aktivis dakwah dalam lubuk hatinya sebelum ia menyatakan diri
untuk berkomitmen dalam mengemban amanah dakwah ini adalah rasa cinta yang
mendalam kepada umat dan dakwah ini. Dengan rasa cinta yang mendalam inilah,
lelahnya raga di siang hari untuk mencari nafkah diri dan keluarga, ditambah
dengan beratnya beban dakwah yang menggelayuti pundak dan pikiran setiap hari
terasa tidak begitu berarti.
2.
Kesejatian cinta terukur dengan
besarnya pengorbanan; Tanpa pengorbanan maka kata cinta hanyalah bualan semata.
Begitu pula dengan cinta terhadap umat ini, ia akan menuntut tadhiyah
(pengorbanan) yang tidak sedikit, tidak hanya harta, waktu, fikiran, dan
tenaga, tetapi juga bahkan nyawa. Untukmu para aktivis dakwah, cintamu terhadap
umat ini ditentukan oleh seberapa besar pengorbananmu dari jiwa dan hartamu.
3.
Jika engkau ingin melihat
seberapa besar cintamu kepada dakwah dan umat ini, maka ukurlah hal itu dengan
seberapa besar perhatianmu terhadap binaan-binaanmu. Karena seorang aktivis
dakwah sejati haruslah selalu Terbina dan Membina.
4.
Jika dakwah ibarat sebuah
tanaman, maka cinta dan keikhlasan adalah akarnya, gerak dan pengorbanan adalah
batang dan rantingnya, sedangkan Iman dan ketaqwaan adalah nutrisinya.
5.
Di antara tanda kekokohan cinta
dan komitmen dakwah adalah adanya gerak dan terus menerus bergerak
berkontribusi dalam berbagai amanah dakwah, ia tidak lagi peduli pada posisi
apapun ia diamanahkan, sebab yang ada di dalam hatinya hanyalah bekerja dan
terus bekerja.
6.
Jangan pernah berfikir dan
berhitung mengenai seberapa besar manfaat dan keuntungan yang telah engkau
ambil dari dakwah ini; tetapi berfikir dan berhitunglah mengenai seberapa besar
manfaat dan keuntungan yang telah engkau persembahkan untuk dakwah ini. Inilah
rahasia yang dimaksudkan dalam kalimat:
"haruslah
kita sadari bahwa di jalan dakwah ini kita lebih banyak bekerja untuk
kemaslahatan umat daripada bekerja untuk kepentingan diri kita"
Hanya
Keutamaan dari Allah Tujuan dan Cita-cita
Syaikh Hasan
al-Banna berkata,"Tidaklah kita mencita-citakan sesuatu dan mencari keuntungan
dunia dari dakwah ini, karena yang kita harap hanyalah janji dari Allah :
يَمُنُّونَ عَلَيْكَ أَنْ أَسْلَمُوا قُلْ لَا تَمُنُّوا عَلَيَّ إِسْلَامَكُمْ
بَلِ اللَّهُ يَمُنُّ عَلَيْكُمْ أَنْ هَدَاكُمْ لِلْإِيمَانِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Mereka merasa
telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah:
"Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu,
sebenarnya Allah, Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu
kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar."(al-Hujurat49:17)
Harapan kita
dalam dakwah ini –jika seandainya berharap itu ada manfaatnya- adalah
terbukanya hati-hati kaum muslimin untuk melihat dan mendengar permasalahan
umat ini. Oleh karena itu, maka lihatlah wahai saudara-saudaraku kaum muslimin!
Apakah kalian melihat tendensi dan keinginan yang lain dalam dakwah ini, selain
dari rasa cinta dan kasih sayang kepada kalian, dalam melakukan hal-hal yang
berkaitan dengan maslahat kalian…???
Apakah
mereka menemukan penyakit dalam
cita-cita dakwah ini….??? Akan tetapi, cukuplah Allah Yang Maha
Mengetahui Segalanya, Ialah Yang Maha Esa, Maha Memberi Ganjaran dengan
kekuatan dan taufiq. Di tangan-Nyalah kunci hati dan pembukanya. Oleh karena
itu, barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak seorang pun yang
dapat menyesatkannya. Dan Barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka tidak
seorangpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya. Cukuplah Allah sebagai
pelindung. Bukankah pertolongan Allah sudah cukup bagi hamba-Nya…???
Syarah:
1.
Seorang aktivis dakwah tidak akan
sampai pada maqam (derajat) mujahid dakwah sejati, hingga yang ada di
dalam hatinya hanyalah harapan terhadap janji dari Allah yang telah disampaikan
melalui lisan Rasul-Nya.
2.
Dakwah ini tidak mengenal
tujuan-tujuan yang lain dalam segala agendanya, melainkan hanya ikhlas, ikhlas,
dan ikhlas.
3.
Setiap desah nafas bagi seorang
aktivis dakwah adalah untuk memikirkan strategi dakwah dan menganalisis kondisi
umat.
4.
Di antara cinta yang harus selalu
dijaga oleh seorang aktivis dakwah adalah cinta terhadap dakwah dan umat.
5.
Tidak ada yang perlu ditakutkan
dalam menghadapi berbagai rintangan dalam dakwah ini, sebab cukuplah Allah
sebagai penolong.
Inilah tulisan
bagian pertama dari uraian ringkas mengenai Syarah (penjelasan) bagian-bagian
awal dari Risalah Da`watuna, Insya Allah, lanjutan dari Syarah Risalah
Da`watuna akan dibahas kembali pada tulisan selanjutnya, karena risalah ini
sungguh akan sangat panjang jika dituntaskan dalam satu tulisan….
Bersambung……
Bolano (Sulawesi Tengah) 16
September 2013 Pkl.15.17 WITA
Khadim Al-Qur'an wa As-Sunnah
Aswin Ahdir Bolano
*Referensi:
-Rasa'il Imam Syahid Hasan
al-Banna (Arabic Pdf Version)
-Tafsir al-Thabari Karya
Imamul-Mufassirin Muhammad bin Jarir al-Thabari
Posting Komentar untuk "Syarah Risalah Da`watuna (Bagian 1) "