Isyarat Haraki dalam Surat al-Buruj (Bag.1)
Ketika Komitmen Di Uji
Bismillahirrahmanirrahim.................
Segala puji bagi Allah azza wa
Jalla yang telah menganugerahkan iman dan islam kepada kita serta mengenalkan
kepada kita jalan dakwah ini, shalawat dan salam cinta untuk Rasulullah SAW.
Sebagai sosok panutan yang selalu kita rindukan, semoga Allah Azza wa Jalla
berkenan memberikan rahmat-Nya bagi kita, serta mempertemukan dengan beliau SAW
di surga-Nya..
Tafsir
Ayat 1-11
Demi langit yang mempunyai gugusan bintang
(1) dan hari yang dijanjikan (2) dan yang menyaksikan dan yang disaksikan (3)
Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit (4) yang berapi
(dinyalakan dengan) kayu bakar (5) ketika mereka duduk di sekitarnya (6) sedang
mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman
(7) Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena
orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji
(8) Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; dan Allah Maha Menyaksikan segala
sesuatu (9) Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada
orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak
bertaubat, maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang
membakar (10) Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal
yang saleh bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; itulah
keberuntungan yang besar (11)
Tsaqofah:
Imam Ibnu Jarir rahimahullah berkata bahwa para ulama
berbeda pendapat mengenai makna “al-Buruj”.
Ibnu Abbas dan Yahya bin Rafi` berkata bahwa ia adalah sebuah istana di langit.
Ulama selainnya berkata bahwa ia adalah bintang. Imam Mujahid dan Ibnu Abi
Najih berkata ia adalah bintang-bintang. Ibnu Jarir kemudian mengeluarkan pernyataan
bahwa menurut pendapat beliau makna “al-Buruj”
adalah manzilah-manzilah (tempat-tempat) beredarnya matahari dan bulan, hal ini
kata beliau karena kata “al-Buruj” adalah jamak dari kata “Burjun”, yaitu sebuah tempat beredar yang letaknya jauh dari bumi.
Al-Hafiz Ibnu Katsir
menyebutkan sebuah riwayat dari Imam Ahmad dengan sanadnya yang bermuara pada
Abu Hurairah, bahwa yang dimaksud dengan “asy-Syahid”
dalam ayat ini adalah hari Jumat, yang dimaksud dengan “Masyhud” adalah hari Arafah, dan ‘’al-Mau`ud” adalah hari qiamat.
Tujuan penyebutan hal-hal di atas adalah sebagai sumpah dari
Allah untuk menyatakan suatu kepastian bahwa:
”Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit
(ashhabu al-Ukhdud) (4) yang berapi
(dinyalakan dengan) kayu bakar (5) ketika mereka duduk di sekitarnya (6) sedang
mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman
(7)”
Al-Hafiz
Ibnu Katsir Menyebutkan bahwa makna kata “al-Ukhdud”
dalam ayat di atas adalah galian lubang di atas tanah.
Peristiwa
ashhabu al-Ukhdud adalah sebuah
peristiwa tentang orang-orang kafir dari Bani Israil yang menyiksa orang-orang
yang beriman di sekitar mereka. Mereka ingin mengembalikan orang-orang beriman
tersebut kepada kekafiran, namun mereka menolaknya. Maka mereka pun menggali
parit yang diisi dengan api untuk menyiksa orang-orang beriman tersebut.
Imam Ibnu Jarir meriwayatkan
dari Imam al-Dhahak bahwa ashhabu
al-Ukhdud adalah kaum kafir dari Bani Israil, yang mengumpulkan orang-orang
yang beriman laki-laki dan perempuan di hadapan sebuah galian lubang yang
diberi api membara, mereka memanggil orang-orang yang beriman satu per satu dan
bertanya,”Engkau memilih kembali kepada kekafiran atau memilih terjun ke dalam
api?
Isyarat
Haraki Dalam Ayat Ini:
-
Dalam kisah ashhabu
al-Ukhdud ini Allah Azza wa Jalla
ingin menggambarkan kepada para aktivis pengemban dakwah, bahwa keringat dalam
perjuangan, air mata dalam kesedihan, darah dalam penderitaan, dan bahkan nyawa
untuk jadi taruhan adalah sesuatu yang suatu saat nanti akan diminta oleh
dakwah ini dari para pengusungnya.
- Dalam mengarungi kehidupannya, para penggerak
dakwah ini selalu akan berhadapan dengan pilihan-pilihan yang sangat sulit dan
rumit bagi orang-orang yang menghadapinya dengan kelesuhan iman dan ruhiyah
yang bermasalah. Apakah ia akan tetap bertahan di jalan dakwah ini dengan
syarat ia harus terbakar dan perih dengan berbagai fitnah dan gangguan
musuh-musuh dakwah, ataukah ia pergi berlalu menggadaikan komitmen
perjuangannya demi mengejar kenyamanan duniawinya.
-
Ketika kita melihat jundi-jundi dakwah yang
teguh di hadapan api dunia yang siap membakar tubuh dan menghanguskan jasad
dalam kisah ini, apakah kita sanggup jika seandainya kita yang Allah takdirkan
seperti itu..??? Apakah kita sanggup memilih terbakar di jalan dakwah ini...??? Ikhwahfillah....maka bagaimanakah kita
yang selama ini mungkin begitu mudahnya meninggalkan agenda-agenda dakwah tanpa
kendala yang berarti...??? Maka bagaimanakah kita yang selama ini lebih memilih
untuk diam tanpa mau bersusah payah membina dan membina untuk mencetak generasi
yang siap memikul dakwah ini...???
-
Di antara kefahaman yang harus terbangun dalam
setiap diri para pengemban dakwah ini adalah bahwa “Komitmen untuk tetap berada di
Jalan dakwah ini adalah harga mati”.
- Penyiksaan dari kelompok jahiliyah terdiri dari
berbagai bentuk dan warna, ia datang dari berbagai jurusan, penyiksaan rohani,
penyiksaan jasmani, gangguan terhadap harta, keluarga dan kehormatan, baik
berupa gangguan dari individu tertentu, kelompok masyarakat, atau pemerintah
yang zhalim dan sedang berkuasa. Mereka menganggap dan menyangka bahwa
kekejaman, pembunuhan, dan penyiksaan yang mereka lakukan dengan tidak
berprikemanusiaan itu akan menghapuskan suara kebenaran, ataupun memadamkan Nur
Ilahi dan sinar Islam. Tetapi sangkaan itu pasti menemui kegagalan. (Fiqh Dakwah Syaikh Musthafa Masyhur)
“Mereka berkehendak
memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan- ucapan) mereka, dan Allah
tidak menghendaki sela sin menyempurnakan cahayaNya, walaupun orang-orang yang
kafir tidak menyukai.” (at-Taubah 9:32)
- Para penyeru ke jalan Allah sangat memerlukan
senjata berupa kekuatan ruhiyah yang kokoh dalam melaksanakan tugas dakwah yang
selalu berhadapan dengan rintangan dan gangguan. Jika pada tahapan seperti ini
gerakan islam tidak memperhatikan aspek ibadah, aspek ruhiyah, qiyamul lail
yang rutin dan berkesinambungan, dan daurah-daurah secara berulang-ulang, pasti
akan dapat disaksikan banyaknya jundi-jundi dakwah yang berjatuhan satu per
satu dan rontok oleh benturan tribulasi dakwah. (Manhaj Haraki Syaikh Munir al-Ghadban)
- Apabila para aktivis dakwah ini tidak ridha
(dan juga ikhlas) dalam menerima gangguan dan penyiksaan seperti ini, tidak
sabar menanggung kesengsaraan di jalan dakwah ini, tidak lagi mengharapkan
pahala hanya dari Allah, dan kemudian hanya mengutamakan kenyamanan hidup dan
keselamatan, gejala ini akan menimbulkan akibat yang merugikan agamanya,
merugikan kedudukannya dalam menegakkan kebenaran di jalan dakwah ini, bahkan
ia akan memilih menjadi orang yang duduk dan tinggal bersenang-senang di
rumahnya, serta menjauhkan diri dari jihad dan dakwah. Tidak mau lagi
meneruskan perjalanan dakwah, serta tidak mau lagi mengumandangkan suara dakwah
dan kebenarannya. Akhirnya ia mengalami kekalahan total dalam melintasi rintang
itu, dan dengan sendirinya ia mengharamkan dirinya dari mencapai kemuliaan
angkatan mujahidin dan ketinggian derajat para pengusung dakwah ini. Dan Allah
pasti akan menggantikannya dengan orang lain yang lebih ridha dan cinta
berjihad dijalan-Nya tanpa takut dengan ujian apapun. (Fiqh Dakwah Syaikh Mushthafa Masyhur)
“dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan
mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu
ini.” (Muhammad 47:38)
***
Tafsir Ayat
8-9
“Dan mereka tidak menyiksa orang-orang
mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang
Maha Perkasa lagi Maha Terpuji (8) Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; dan
Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu (9).” (al-Buruj: 8-9)
Isyarat
Haraki Dalam Ayat Ini:
-
Meskipun gangguan dan
ancaman yang dilakukan oleh musuh-musuh dakwah ini berbagai macam bentuknya,
namun di dalamnya terdapat satu visi dan penyebab yang sama, yaitu karena
orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Terpuji, dengan segala konsekuensi dari keimanan tersebut, yaitu menjadikan
Islam sebagai Minhajul-Hayah (Pedoman
dalam hidup) dengan corak pemikirannya yang khas, yaitu Syumuliyatul Islam (Islam itu harus ditegakkan di segala aspek
hidup dan kehidupan).
- Dengan demikian, pelaksanan iman dan keislaman
yang parsial (tidak utuh), serta pembatasan islam hanya pada aspek ibadah
ritual semata, sekali-kali tidak akan mendatangkan kerisauan bagi orang-orang
yang memusuhi dakwah ini dan para pengusungnya. Sebagaimana hal ini telah
terjadi di zaman awal kenabian. Karena yang mereka takutkan adalah ketika islam
difahami oleh pemeluknya dengan sebenar-benarnya, untuk ditegakkan disegala
aspek kehidupannya.
***
Tafsir
Ayat 10-11
“Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang
mukmin laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi
mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar (10)
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal-amal yang saleh bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai; itulah keberuntungan yang besar (11).” (al-Buruj 10-11)
Isyarat
Haraki dalam Ayat ini :
-
Dalam rangkaian dua ayat ini, Allah Azza wa
Jalla menyampaikan gambaran dua kutub yang unsur-unsur pangkalnya sama, namun
memiliki muara dan akhir yang sangat jauh berbeda. Harus kita fahami bersama
antara kalimat “mendatangkan cobaan” dan kalimat “mengerjakan amal-amal yang
shaleh” terdapat unsur yang sama dalam bentuknya, yaitu keduanya adalah
serangkaian agenda dan kinerja yang di dalamnya dibutuhkan pengorbanan harta
dan jiwa, komitmen dan keteguhan, serta berbagai hal lain yang sangat berharga
dalam hidup ini. Yang menjadi masalah kemudian adalah muncul berbagai evaluasi
untuk kita para pengemban amanah dakwah ini: ketika musuh-musuh dakwah telah totalitas dan komitmen dengan rencana
dan strategi mereka untuk menghancurkan dakwah ini, apakah kita telah komitmen
dan totalitas pula mempertahankan eksistensi dan gerak dakwah ini...??? Ketika
musuh-musuh dakwah telah siap berkorban apa saja yang ada di dalam hidup mereka
untuk menghancurkan dakwah ini, apakah kita telah siap pula untuk mengorbankan
apa saja yang kita miliki dari harta, waktu, tenaga dan fikiran serta semua hal
lainnya untuk mempertahankan dakwah ini...???
-
Gambaran konsekuensi yang sangat berbeda
jauh dari kedua kinerja ini, yaitu
antara “mendatangkan cobaan kepada
orang-orang mukmin” yang diagendakan oleh orang-orang kafir beserta kaki
tangannya dengan azab yang membakar sebagai konsekuensi akhirnya, dan “mengerjakan amal-amal yang shaleh” dari
orang-orang yang beriman dan jamaahnya dengan surga sebagai balasan akhirnya,
adalah sebuah sindirian yang sangat keras dari Al-Qur’an untuk para pengemban
dakwah ini. Hal ini karena jika tidak hati-hati, para musuh-musuh dakwah
ternyata lebih konsisten dari para aktivis dakwah, musuh-musuh dakwah lebih
terencana strateginya dari para aktivis dakwah, serta hal-hal lainnya yang
beberapa langkah lebih maju dari para pengemban dakwah ini.
***
Bersambung....!!!!
Isyarat Haraki dalam Surat
al-Buruj (Bag.2)
Bandung,
8 Maret 2014/7 Jumadil ‘Ula 1435 H Pkl.16.39 WIB
Khadim
Al-Qur’an wa As-Sunnah
Aswin
Ahdir Bolano
Bahan Bacaan:
ü Al-Qur’an al-Karim
ü Tafsir Al-Jami` al-Bayan `An Ta`wil
Al-Qur’an Karya Imam Ibnu Jarir al-Thabari
ü Tafsir Al-Qur’an al-`Azhim Karya Imam
al-Hafiz Ibnu Katsir
ü Manhaj Haraki Karya Syaikh Munir Muhammad
al-Ghadban
ü Fiqh Dakwah Karya Syaikh Musthafa Masyhur
ü MT 1433 H
ü Kamus al-Munawir Karya A.W. Munawir
Posting Komentar untuk "Isyarat Haraki dalam Surat al-Buruj (Bag.1)"