Isyarat Haraki dalam Surat al-Buruj (Bag.2)
The true kader dakwah story
Bandung, 12 Maret 2014/10
Jumadil Ula 1435 H Pkl.11.20 am WIB
Khadim Al-Qur’an wa As- Sunnah
Aswin Ahdir Bolano
Bahan bacaan:
ü Al-Qur’an al-Karim
ü Kitab Tafsir al-Jami` al-Bayan `An Ta’wil Al-Qur’an Karya Imam Muhammad bin Jarir al-Thabari (Tafsir al-Thabari )
ü Kitab Tafsir Al-Qur’an al-`Azhim Karya Imam Ismail bin Katsir (Tafsir Ibnu Katsir)
ü MT 1433 H Jilid 2
ü Manhaj Haraki Karya Syaikh Munir Muhammad al-Ghadban Jilid 1 & 2.
ü Fiqh Dakwah Karya Syaikh Musthafa Masyhur Jilid 1 & 2
ü Membina Angkatan Mujahid Karya Sa`id Hawwa.
Bismillahirrahmanirrahim.................
Segala puji bagi Allah azza wa
Jalla yang telah menganugerahkan iman dan islam kepada kita serta mengenalkan
kepada kita jalan dakwah ini, shalawat dan salam cinta untuk Rasulullah SAW.
Sebagai sosok panutan yang selalu kita rindukan, semoga Allah Azza wa Jalla
berkenan memberikan rahmat-Nya bagi kita, serta mempertemukan dengan beliau SAW
di surga-Nya.
Risalah kali ini merupakan
lanjutan dari risalah sebelumnya “Isyarat
Haraki dalam Surat al-Buruj (Bag.1) yang terpaksa ana bagi menjadi dua
tulisan karena pertimbangan tingkat konsentrasi dan kebosanan dari para pembaca
sekalian. Hal ini pula karena materi yang disampaikan dalam pembahasan surat
ini adalah materi yang sangat berat pemahaman dan pengamalannya. Meskipun
demikian, kita berdoa kepada Allah Azza wa Jalla agar memberi kita kekuatan
untuk mengamalkan dan mendakwahkannya.
Ayat 12-16
“Sesungguhnya azab Tuhanmu benar-benar
keras (12) Sesungguhnya Dia-lah Yang menciptakan (makhluk) dari permulaan dan
menghidupkannya (kembali) (13) Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Pengasih
(14) yang mempunyai 'Arsy, lagi Maha Mulia (15) Maha Kuasa berbuat apa yang
dikehendaki-Nya (16).” (al-Buruj 12-16)
Isyarat
Haraki dalam Ayat Ini:
-
Dalam rangkaian ayat-ayat ini, Allah Azza wa Jalla menyiratkan bahwa berbagai
macam ujian, tribulasi dan rintangan yang dihadapi oleh dakwah ini bukanlah
berarti sebagai tanda awal kekalahan dakwah ini dari musuh-musuhnya, akan
tetapi ujian-ujian itu hadir sebagai salah satu bentuk internalisasi
nilai-nilai aqidah agar berbuah kekokohan komitmen di dalam hati para pengusung
dakwah. Hingga mereka tidak lagi mengenal sesuatu yang lain untuk bersandar di
kala menghadapi ujian apapun di jalan dakwah ini, selain dari ketinggian
ruhiyah yang berbuah kepasrahan total akan kebesaran Allah semata. Inilah salah
satu rahasia mengapa rangkaian ayat ini hadir dengan penyadaran kembali akan
kebesaran Allah Azza wa Jalla setelah
sebelumnya mengilustrasikan salah satu bentuk ujian terbesar di jalan dakwah,
yaitu penyiksaan:
Sesungguhnya Dia-lah Yang menciptakan
(makhluk) dari permulaan dan menghidupkannya (kembali) (13) Dia-lah Yang Maha
Pengampun lagi Maha Pengasih (14) yang mempunyai 'Arsy, lagi Maha Mulia (15)
Maha Kuasa berbuat apa yang dikehendaki-Nya (16).
-
Salah satu hal utama
yang harus ditanamkan oleh para pengusung dakwah ini dalam hati mereka ketika
berhadapan dengan ujian dan ancaman dari musuh-musuh dakwah adalah bahwa
siapapun yang memusuhi dakwah, berarti ia memusuhi Allah Azza wa Jalla, Dzat
yang sangat keras siksa dan balasan-Nya terhadap musuh-musuh-Nya. Inilah
rahasia di balik pernyataan-Nya:
““Sesungguhnya azab Tuhanmu benar-benar keras
(12)” (al-Buruj: 12)
-
Ujian (Ibtila) di jalan dakwah adalah sebuah
sunnatullah, untuk menginternalisasi nilai-nilai dakwah ke dalam lubuk hati
para pengusungnya, sekaligus untuk membentuk jiwa yang kokoh dari dainya.
-
Di antara karakter ujian di jalan dakwah ini
adalah ia hadir untuk menggoncang komitmen dan keimanan dengan ujian yang
sesulit-sulitnya, namun ketika para pengusung dakwah itu tersadar bahwa tidak
ada lagi tempat bersandar untuk memohon pertolongan selain kepada Allah secara
total, seketika itu pula kemudahan dan pertolongan Allah Azza wa Jalla turun
menghapus semua kesulitan yang ada. Sebagaimana dalam ilustrasi kemenangan
perang Badr, yang disebutkan oleh Al-Qur’an:
(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan
kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: "Sesungguhnya Aku akan mendatangkan
bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut (9)
Dan Allah tidak menjadikannya (mengirim bala bantuan itu), melainkan sebagai
kabar gembira dan agar hatimu menjadi tenteram karenanya. Dan kemenangan itu
hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana
(10)." (al-Anfal: 9-10)
***
Ayat
17-22
“Sudahkah datang kepadamu
berita kaum-kaum penentang (17) (yaitu kaum) Fir'aun dan (kaum) Tsamud? (18)
Sesungguhnya orang-orang kafir selalu mendustakan (19) padahal Allah mengepung
mereka dari belakang mereka (20) Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al
Quran yang mulia (21) yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh (22).”
(al-Buruj:17-22)
Imam
Ibnu Jarir berkata bahwa dalam ayat ini Allah Azza wa Jalla bertanya kepada
Rasulullah SAW,”Apakah telah datang kepadamu hai Muhammad..!!! berita tentang “al-Junuud” (jamak dari kata jundi artinya pasukan-pasukan) yaitu
orang-orang yang masuk menjadi tentara dengan tujuan untuk berbuat kejahatan
dan makar (tipu daya) terhadap Allah dan Rasul-Nya?
Ibnu
Jarir melanjutkan penuturannya, bahwa Allah memaksudkan dalam
firman-Nya,”Sungguh telah datang kepadamu berita itu dan Engkaupun telah
mengetahuinya. Oleh karena itu, bersabarlah atas perlakuan buruk kaummu
terhadapmu, karena perlindungan-Ku yang telah Aku sebutkan dalam cerita-cerita
itu akan menyelamatkanmu dari berbagai tipu daya. Bersabarlah Engkau sebagaimana
sabarnya rasul-rasul-Ku dalam menghadapi pasukan-pasukan itu, dan janganlah sampai
Engkau berhenti dalam menyampaikan risalahku kepada mereka, sebagaimana tidak
berhentinya pula para rasul yang menyampaikan risalah-Ku kepada kaum-kaum itu,
meskipun Engkau mendapatkan ujian dari orang-orang yang tidak mau membenarkan
seruanmu dan tidak mau beriman kepadamu, berupa penyiksaan dan pembunuhan
sebagaimana penyiksaan dan pembunuhan yang telah dilakukan oleh pasukan-pasukan
itu.
Al-Hafiz
Ibnu Katsir menyebutkan sebuah riwayat dari Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari
seorang sahabat yang bernama `Amru bin Maimun, bahwa suatu ketika Nabi SAW,
lewat di hadapan seorang perempuan yang membaca ayat,” “Sudahkah datang kepadamu berita kaum-kaum
penentang (Al-Buruj:17).” Beliau berhenti di hadapan perempuan tersebut,
lalu bersabda,”Benar, sungguh telah datang kepadaku.”
Isyarat
Haraki Dalam Ayat ini:
-
Di antara cara menjaga dan menumbuhkan ghirah (semangat) dalam mengemban
amanah-amanah berat dalam dakwah ini adalah dengan selalu membaca ayat-ayat tajribiyah (pengalaman) dalam
kisah-kisah para aktivis dakwah yang istiqomah dalam dakwah ini, dari kalangan
para nabi, sahabat-sahabat Nabi SAW, serta para aktivis islam modern yang lahir
dan besar di jalan dakwah ini, misalnya kisah Ibrahim a.s, kisah Ismail a.s,
kisah Yusuf a.s, sirah nabawi, sirah sahabat seperti Umar bin Abd Aziz, Said
bin Jubair, Urwah bin Jubair, kisah Umar Tilmisani, Muhammad Kamal Sananiri,
Abdul Qadir Audah, dll.
-
Hal utama yang harus dilakukan oleh para aktivis
dakwah dalam menelaah kisah-kisah para aktivis dakwah dari kalangan para nabi,
para sahabat, dan para aktivis islam di atas adalah mukarranah al-`Aqabah (memperbandingkan bentuk dan besarnya cobaan)
yang dihadapi. Jangan sampai ada dari kalangan para pengusung dakwah ini yang
merasa ujian yang dihadapinya sangatlah berat, padahal yang dihadapinya
hanyalah kesulitan memanajemen waktu, rasa malas, ruhiyah yang rapuh, serta
masalah-masalah kecil yang tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan yang
dialami oleh para muassis (penggagas)
dan muharrik (penggerak) dakwah ini
pada zaman mereka masing-masing.
-
Secara sepintas, terkadang para musuh dakwah
seolah-olah begitu mudahnya membuat makar (tipu daya) terhadap dakwah ini,
sehingga sering kali mereka membuat pesta yang sangat meriah untuk foya-foya dalam
kemasiatan, ketika ada di antara agenda tipu daya mereka yang berhasil,
misalnya penguasaan suatu wilayah muslim dengan menindas penduduknya,
pembantaian umat muslim yang disertai penculikan dan pembunuhan terhadap para
qiyadah dan tokoh dakwahnya, penistaan mesjid-mesjid suci seperti
Al-Quds/al-Aqsha dan Al-Qur’an, dan lain-lain. Akan tetapi mereka tidak
menyadari bahwa Allah adalah sebaik-baik pembalas tipu daya, inilah makna
rahasia di balik pernyataan Allah:
“Padahal Allah mengepung mereka
dari belakang mereka (20) Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Quran yang
mulia (21) yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh (22).” (al-Buruj: 20-22)
Tsaqofah:
Ibnu
Jarir menyebutkan bahwa para ahli Qiro’at memiliki cara yang berbeda dalam
membaca potongan ayat,”Fii Lauhin
Mahfuzhin”, khususnya pada kata ”Mahfuzhin”.
Bacaan kata ”Mahfuzhin” yaitu dengan kasrahtain adalah bacaan dari penduduk
Hijaz, yaitu Abu Ja`far al-Qari dan Ibnu Katsir. Dari Kufah, bacaan dengan cara
ini diriwayatkan oleh Imam `Ashim, al-A`masy, Hamzah dan Imam al-Kisa’iy.
Sedangkan dari Basrah, diriwayatkan oleh Imam Abu `Amr. Bacaan ini membawa
makna bahwa yang Mahfuz (terpelihara)
adalah Lauh-nya, bukan pada
Al-Qur’annya secara langsung. Hal ini membawa arti bahwa Al-Qur’an berada di
tempat yang terpelihara yaitu Lauhil
Mahfuz.
Berbeda
sedikit dengan cara di atas, Imam Ibnu Muhaishin yang berasal dari Mekah, dan
Imam Nafi` yang berasal dari Madinah, membacanya dengan “Mahfuzhun”, yaitu merafa`kan dengan dhammatain. Hal ini
berdasarkan bahwa kata “Mahfuzhun”
(terpelihara) dalam ayat ini adalah sifat dari Al-Qur’an, dan bukan sifat dari
kata Lauh. Bacaan dengan cara ini
membawa penafsiran bahwa “Al-Qur’an
al-Majid” itu salah satu sifatnya adalah mahfuzhun (terpelihara) dari berbagai perubahan dan penggantian,
serta tersimpan di dalam suatu tempat yang bernama Lauh.
Imam
Ibnu Jarir kemudian bertutur bahwa kedua cara dalam bacaan di atas adalah Ma`ruf (dikenal di kalangan ulama ahli
Qiro’at) dan shahih kedua maknanya, sebagaimana yang disebutkan dalam Qiro’at
al-Amshar.
Wallahu
A`lam
Khadim Al-Qur’an wa As- Sunnah
Aswin Ahdir Bolano
ü Al-Qur’an al-Karim
ü Kitab Tafsir al-Jami` al-Bayan `An Ta’wil Al-Qur’an Karya Imam Muhammad bin Jarir al-Thabari (Tafsir al-Thabari )
ü Kitab Tafsir Al-Qur’an al-`Azhim Karya Imam Ismail bin Katsir (Tafsir Ibnu Katsir)
ü MT 1433 H Jilid 2
ü Manhaj Haraki Karya Syaikh Munir Muhammad al-Ghadban Jilid 1 & 2.
ü Fiqh Dakwah Karya Syaikh Musthafa Masyhur Jilid 1 & 2
ü Membina Angkatan Mujahid Karya Sa`id Hawwa.
Posting Komentar untuk "Isyarat Haraki dalam Surat al-Buruj (Bag.2)"