Tafsir Surat al-Zalzalah
“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan
yang sangat dahsyat (1). Dan bumi mengeluarkan beban-beban beratnya (2). Dan
manusia pun bertanya ada apa dengannya ? (3). Pada hari ini ia pun menjelaskan
alasannya (4). Bahwa tuhanmulah yang telah mewahyukan hal itu kepadanya (5).
Pada hari ini manusia pun tersadar terpisah-pisah karena melihat amal-amal
mereka (6). Maka barangsiapa yang melakukan kebaikan seberat butiran debu, maka
ia akan mendapatkan balasannya (7). Dan barangsiapa yang melakukan keburukan
seberat butiran debu, maka ia pun akan mendapatkan balasannya (8).”
Imam Ibnu Jarir rahimahullah menyebutkan dalam tafsirnya bahwa
maksud dari kata al-zalzalah adalah Goncangan yang terjadi ketika akan
terjadinya hari kiamat. Ibnu Katsir menyebutkan bahwa Ibnu Abbas radhiyallahu
‘Anhu berpendapat al-zalzalah adalah pergerakan yang terjadi dari bawah bumi.
Dalam ayat lain, yaitu dalam surat al-Hajj ayat pertama, kata al-zalzalah juga
digunakan untuk menggambarkan peristiwa goncangan dahsyat pada hari kiamat.
Meskipun para ulama terdahulu menyebutkan surat ini berbicara
tentang hari kiamat, tetapi dalam kenyataannya, ayat ini tetaplah menjadi
sebuah ayat renungan untuk kaum muslimin ketika terjadi bencana goncangan
gempa, dan lain-lain di muka bumi ini. Salah satu hikmah dalam surat ini adalah
bahwa goncangan yang terjadi pada alam semesta ini bukanlah semata-mata
fenomena alam biasa tanpa hikmah, ia adalah salah satu bentuk peringatan Allah
swt. Agar manusia sadar dan memperbaiki amal-amalnya.
Setelah terjadinya goncangan yang sangat dahsyat, ayat kedua dalam
surat ini menyebutkan adanya benda-benda dan material berat yang akan
dikeluarkan oleh bumi. Dalam peristiwa hari kiamat, para ulama tafsir
menyebutkan bahwa benda berat yang dimaksud adalah manusia-manusia yang
dibangkitkan dari kuburnya. Dalam fenomena kebencanaan, material-material berat
tentunya sangat banyak bentuknya. Ada yang berbentuk lumpur, lahar dingin,
banjir bandang, dan lain-lain sesuai kehendak Allah swt. Hal ini tentunya
semakin sangat memperparah keadaan hingga menimbulkan korban jiwa dan harta
yang tidak sedikit. Pada posisi seperti ini, seorang muslim haruslah bersabar,
memperbanyak istigfar, memohon ampun kepada Allah swt, serta memperbanyak zikir.
Di samping itu pula ia harus belajar ikhlas atas semua hal yang hilang darinya
akibat bencana tersebut. Hal ini karena
semua benda dan material yang keluar dari dalam bumi berada dalam satu garis
perintah dari Allah swt.; dan menimpa kepada orang-orang yang telah Allah swt.
Tetapkan dalam garis takdir dari-Nya.
“Dan manusia pun bertanya ada apa dengannya ? (3). Pada hari ini
ia pun menjelaskan alasannya (4). Bahwa tuhanmulah yang telah mewahyukan hal
itu kepadanya (5)” (al-Zalzalah: 3-5)
Ketika terjadi sebuah bencana di muka bumi, sebagian manusia ada
yang tidak mau berpikir tentang kekuasaan dan keagungan Allah swt, serta
peringatan-Nya yang ada di balik bencana tersebut. Inilah yang membuat mereka
malah sibuk mempertanyakan ada apa dengan bumi ini ? Sebagaimana ilustrasi
dalam ayat ketiga surat ini. Mereka lebih sibuk dengan berbagai logika-logika
ilmu pengetahuan, dengan maksud tersembunyi untuk menghilangkan hikmah yang
seharusnya dipetik dari kejadian tersebut. Tentunya hal ini bukan bermaksud
untuk tidak memperbolehkan kita berlogika menurut berbagai disiplin ilmu
pengetahuan tentang berbagai kejadian bencana, hanya saja agar jangan sampai
seorang muslim hanya memandang sebuah bencana sebagai sebuah fenomena alam
biasa, tanpa hikmah dan renungan yang menjadi inti dari sebuah bencana menurut
kitab sucinya.
Salah satu keyakinan yang harus ditanamkan kepada umat dalam
menghadapi bencana adalah keyakinan bahwa semua itu terjadi atas izin dan
kehendak Allah swt. Tuhan semesta alam. Inilah yang dimaksud dalam ayat 4 dan 5
dalam surat ini, yaitu bahwa Allah swt. Yang mewahyukan langsung kepada bumi,
air, laut dan mahluk ciptaan Allah swt. Yang lain untuk menjadi sebuah bencana
dan ujian bagi manusia.
“Pada hari ini manusia pun tersadar terpisah-pisah karena melihat
amal-amal mereka (6). Maka barangsiapa yang melakukan kebaikan seberat butiran
debu, maka ia akan mendapatkan balasannya (7). Dan barangsiapa yang melakukan
keburukan seberat butiran debu, maka ia pun akan mendapatkan balasannya (8).”
Setelah terjadinya bencana dengan goncangannya yang dahsyat,
manusia pun terbagi menjadi dua golongan, yaitu golongan yang menjadi korban
meninggal dan golongan yang masih Allah swt. Berikan kesempatan untuk hidup
sampai batas umurnya masing-masing. Jika goncangan itu adalah goncangan hari
kiamat, maka bisa dipastikan bahwa tidak ada satu mahluk pun yang selamat
darinya. Namun ketika ia adalah goncangan bencana pada suatu daerah tertentu,
maka inilah yang membagi manusia menjadi dua golongan tersebut, yaitu korban
meninggal dan korban selamat.
Adapun golongan yang tidak selamat dan meninggal dalam keadaan
membawa amal kebaikan yang sedikit, maka mereka akan mengalami sesuatu yang
digambarkan pada ayat 6 dalam surat ini, yaitu perasaan kaget karena baru
tersadar bahwa tibalah waktunya untuk ia mempertanggung jawabkan segala amal
yang telah dilakukannya sewaktu hidup di dunia. Inilah saatnya mereka tersadar
bahwa mereka tidak mungkin lagi untuk berbuat kebaikan. Inilah saatnya mereka
tersadar, bahwa mereka dipisah-pisahkan berdasarkan baik buruknya amalan yang
mereka bawa. Inilah ilustrasi yang digambarkan pada ayat 6 surat ini. Pada
kondisi kejiwaan semacam inilah mereka akan menyesali semua waktu dan harta
serta peluang untuk berbuat kebaikan yang mereka sia-siakan sewaktu hidup di
dunia.
Sebagai akhir dan penutup dari rangkaian ilustrasi bencana dan
goncangan yang digambarkan dalam surat ini, sebagai tema utama dan hikmah
terpenting dalam butir-butir kisah di baliknya, Allah swt. Menyatakan kepada
umat islam bahwa janganlah pernah mensiasiakan kesempatan untuk berbuat baik
selagi hidup di dunia, karena sekecil apapun kebaikan yang kita perbuat,
balasannya pasti akan kita terima. Sebaliknya, sekecil apapun keburukan yang
kita perbuat, balasannya juga pasti akan kita terima.
“Maka barangsiapa yang melakukan kebaikan seberat butiran debu,
maka ia akan mendapatkan balasannya (7). Dan barangsiapa yang melakukan
keburukan seberat butiran debu, maka ia pun akan mendapatkan balasannya (8).”
(al-Zalzalah :7-8)
Semoga menjadi renungan untuk semua umat islam di seluruh
dunia..amin..Wallahu A’lam.
Anutapura, Kamis, 2 Shafar 1439 H/11 Oktober 2018
Pkl.23.03 W.I.T.A
Khadim
AlQur’an wa as-Sunnah
Aswin Ahdir Bolano
Referensi:
*Tafsir
at-Thabari
*Tafsir Ibnu
Katsir
Posting Komentar untuk "Tafsir Surat al-Zalzalah"