Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tafsir Surat al-Zalzalah

Buku sejarah 25 Nabi Balita


“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan yang sangat dahsyat (1). Dan bumi mengeluarkan beban-beban beratnya (2). Dan manusia pun bertanya ada apa dengannya ? (3). Pada hari ini ia pun menjelaskan alasannya (4). Bahwa tuhanmulah yang telah mewahyukan hal itu kepadanya (5). Pada hari ini manusia pun tersadar terpisah-pisah karena melihat amal-amal mereka (6). Maka barangsiapa yang melakukan kebaikan seberat butiran debu, maka ia akan mendapatkan balasannya (7). Dan barangsiapa yang melakukan keburukan seberat butiran debu, maka ia pun akan mendapatkan balasannya (8).”


Imam Ibnu Jarir rahimahullah menyebutkan dalam tafsirnya bahwa maksud dari kata al-zalzalah adalah Goncangan yang terjadi ketika akan terjadinya hari kiamat. Ibnu Katsir menyebutkan bahwa Ibnu Abbas radhiyallahu ‘Anhu berpendapat al-zalzalah adalah pergerakan yang terjadi dari bawah bumi. Dalam ayat lain, yaitu dalam surat al-Hajj ayat pertama, kata al-zalzalah juga digunakan untuk menggambarkan peristiwa goncangan dahsyat pada hari kiamat.

Meskipun para ulama terdahulu menyebutkan surat ini berbicara tentang hari kiamat, tetapi dalam kenyataannya, ayat ini tetaplah menjadi sebuah ayat renungan untuk kaum muslimin ketika terjadi bencana goncangan gempa, dan lain-lain di muka bumi ini. Salah satu hikmah dalam surat ini adalah bahwa goncangan yang terjadi pada alam semesta ini bukanlah semata-mata fenomena alam biasa tanpa hikmah, ia adalah salah satu bentuk peringatan Allah swt. Agar manusia sadar dan memperbaiki amal-amalnya.

Setelah terjadinya goncangan yang sangat dahsyat, ayat kedua dalam surat ini menyebutkan adanya benda-benda dan material berat yang akan dikeluarkan oleh bumi. Dalam peristiwa hari kiamat, para ulama tafsir menyebutkan bahwa benda berat yang dimaksud adalah manusia-manusia yang dibangkitkan dari kuburnya. Dalam fenomena kebencanaan, material-material berat tentunya sangat banyak bentuknya. Ada yang berbentuk lumpur, lahar dingin, banjir bandang, dan lain-lain sesuai kehendak Allah swt. Hal ini tentunya semakin sangat memperparah keadaan hingga menimbulkan korban jiwa dan harta yang tidak sedikit. Pada posisi seperti ini, seorang muslim haruslah bersabar, memperbanyak istigfar, memohon ampun kepada Allah swt, serta memperbanyak zikir. Di samping itu pula ia harus belajar ikhlas atas semua hal yang hilang darinya akibat bencana tersebut.  Hal ini karena semua benda dan material yang keluar dari dalam bumi berada dalam satu garis perintah dari Allah swt.; dan menimpa kepada orang-orang yang telah Allah swt. Tetapkan dalam garis takdir dari-Nya.

“Dan manusia pun bertanya ada apa dengannya ? (3). Pada hari ini ia pun menjelaskan alasannya (4). Bahwa tuhanmulah yang telah mewahyukan hal itu kepadanya (5)” (al-Zalzalah: 3-5)

Ketika terjadi sebuah bencana di muka bumi, sebagian manusia ada yang tidak mau berpikir tentang kekuasaan dan keagungan Allah swt, serta peringatan-Nya yang ada di balik bencana tersebut. Inilah yang membuat mereka malah sibuk mempertanyakan ada apa dengan bumi ini ? Sebagaimana ilustrasi dalam ayat ketiga surat ini. Mereka lebih sibuk dengan berbagai logika-logika ilmu pengetahuan, dengan maksud tersembunyi untuk menghilangkan hikmah yang seharusnya dipetik dari kejadian tersebut. Tentunya hal ini bukan bermaksud untuk tidak memperbolehkan kita berlogika menurut berbagai disiplin ilmu pengetahuan tentang berbagai kejadian bencana, hanya saja agar jangan sampai seorang muslim hanya memandang sebuah bencana sebagai sebuah fenomena alam biasa, tanpa hikmah dan renungan yang menjadi inti dari sebuah bencana menurut kitab sucinya.

Salah satu keyakinan yang harus ditanamkan kepada umat dalam menghadapi bencana adalah keyakinan bahwa semua itu terjadi atas izin dan kehendak Allah swt. Tuhan semesta alam. Inilah yang dimaksud dalam ayat 4 dan 5 dalam surat ini, yaitu bahwa Allah swt. Yang mewahyukan langsung kepada bumi, air, laut dan mahluk ciptaan Allah swt. Yang lain untuk menjadi sebuah bencana dan ujian bagi manusia.
  
“Pada hari ini manusia pun tersadar terpisah-pisah karena melihat amal-amal mereka (6). Maka barangsiapa yang melakukan kebaikan seberat butiran debu, maka ia akan mendapatkan balasannya (7). Dan barangsiapa yang melakukan keburukan seberat butiran debu, maka ia pun akan mendapatkan balasannya (8).”
Setelah terjadinya bencana dengan goncangannya yang dahsyat, manusia pun terbagi menjadi dua golongan, yaitu golongan yang menjadi korban meninggal dan golongan yang masih Allah swt. Berikan kesempatan untuk hidup sampai batas umurnya masing-masing. Jika goncangan itu adalah goncangan hari kiamat, maka bisa dipastikan bahwa tidak ada satu mahluk pun yang selamat darinya. Namun ketika ia adalah goncangan bencana pada suatu daerah tertentu, maka inilah yang membagi manusia menjadi dua golongan tersebut, yaitu korban meninggal dan korban selamat.

Adapun golongan yang tidak selamat dan meninggal dalam keadaan membawa amal kebaikan yang sedikit, maka mereka akan mengalami sesuatu yang digambarkan pada ayat 6 dalam surat ini, yaitu perasaan kaget karena baru tersadar bahwa tibalah waktunya untuk ia mempertanggung jawabkan segala amal yang telah dilakukannya sewaktu hidup di dunia. Inilah saatnya mereka tersadar bahwa mereka tidak mungkin lagi untuk berbuat kebaikan. Inilah saatnya mereka tersadar, bahwa mereka dipisah-pisahkan berdasarkan baik buruknya amalan yang mereka bawa. Inilah ilustrasi yang digambarkan pada ayat 6 surat ini. Pada kondisi kejiwaan semacam inilah mereka akan menyesali semua waktu dan harta serta peluang untuk berbuat kebaikan yang mereka sia-siakan sewaktu hidup di dunia.

Sebagai akhir dan penutup dari rangkaian ilustrasi bencana dan goncangan yang digambarkan dalam surat ini, sebagai tema utama dan hikmah terpenting dalam butir-butir kisah di baliknya, Allah swt. Menyatakan kepada umat islam bahwa janganlah pernah mensiasiakan kesempatan untuk berbuat baik selagi hidup di dunia, karena sekecil apapun kebaikan yang kita perbuat, balasannya pasti akan kita terima. Sebaliknya, sekecil apapun keburukan yang kita perbuat, balasannya juga pasti akan kita terima.

“Maka barangsiapa yang melakukan kebaikan seberat butiran debu, maka ia akan mendapatkan balasannya (7). Dan barangsiapa yang melakukan keburukan seberat butiran debu, maka ia pun akan mendapatkan balasannya (8).” (al-Zalzalah :7-8)

Semoga menjadi renungan untuk semua umat islam di seluruh dunia..amin..Wallahu A’lam.

Anutapura,  Kamis, 2 Shafar 1439 H/11 Oktober 2018 Pkl.23.03 W.I.T.A
Khadim AlQur’an wa as-Sunnah

Aswin Ahdir Bolano
Referensi:
*Tafsir at-Thabari
*Tafsir Ibnu Katsir

Posting Komentar untuk "Tafsir Surat al-Zalzalah"