Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tafsir Surat Alfatihah Ayat 5



“Hanya kepada-Mu kami menyembah, dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan”
Hikmah dalam ayat ini :
1. Alhafiz Ibnu Katsir menyebutkan bahwa islam secara keseluruhan berakar dari kedua makna dalam ayat ini, yaitu hanya menyembah kepada Allah swt., dan hanya memohon pertolongan kepada-Nya.


2. Ibnu Katsir juga menyebutkan bahwa makna kalimat “Hanya kepada-Mu kami menyembah” menunjukkan makna berlepas diri dari segala bentuk kemusyrikan. Sedangkan makna kalimat “Hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan” menunjukkan makna berlepas diri dari berbagai upaya dan kekuatan lainnya selain Allah swt. serta berserah diri hanya kepada-Nya.

3. Ayat ini membagi manusia ke dalam beberapa kelompok, yaitu :
1) Menyembah Allah swt. saja, dan hanya memohon pertolongan kepada-Nya; Inilah kategori muslim sejati yang benar keimanannya. 

2) Menyembah Allah swt. namun memohon pertolongan kepada selain-Nya; Di sinilah posisi orang-orang islam yang berbuat kesyirikan.

3) Tidak menyembah Allah swt., namun memohon pertolongan dan berdoa kepada-Nya; Ini adalah posisi masyarakat muslim awam pada umumnya.

4) Tidak menyembah Allah swt. dan tidak pula memohon pertolongan kepada-Nya. Ini adalah golongan orang-orang yang kafir.

4. Dalam ayat di atas tersirat dua hal yang harus dilatih dan diamalkan oleh seorang muslim dalam kesehariannya, yaitu al-Tha’ah (ketaatan) kepada Allah swt. yang membawanya kepada ketekunan dalam beribadah, dan “al-yaqin” yaitu keyakinan kepada Allah swt. yang membawanya kepada rasa mencukupkan diri hanya meminta dan berharap kepada Allah swt. dalam segala kesulitan, cobaan hidup, dan keinginan yang dimilikinya.

5. Kata “Na’budu” yang artinya kami menyembah, menjadikan orang yang melakukannya disebut sebagai “Abid” yang artinya adalah hamba. Penyebutan “Abid” dalam Alquran memiliki derajat yang istimewa yang bahkan disematkan kepada Nabi saw. Tingginya derajat hamba ditunjukkan dengan penyebutan Nabi saw. sebagai hamba dalam beberapa ayat Alquran, sebagaimana dalam surat Al-Kahfi ayat 1 dan surat al-Isra’ ayat 1 pula.

6. Lafaz “Iyyaka” (hanya kepada-Mu), yang diulang dua kali dalam ayat ini menyiratkan makna bahwa seorang muslim haruslah memiliki kekokohan tauhid dalam dua hal, yaitu tauhid dalam ibadah dan tauhid dalam doa.

7. Lafaz kata “Na’budu” dan “nasta’in” dalam ilmu nahwu termasuk dalam kelompok fi’il mudhari, yaitu bentuk kata yang menunjukkan amalan yang sedang dilakukan saat ini dan masa yang akan datang. Ini menyiratkan bahwa seorang muslim tidak hanya beribadah dan berdoa satu waktu tertentu saja. Akan tetapi, ibadah dan doa yang dilakukannya dibingkai dengan keistiqomahan secara terus menerus, dari saat ini sampai masa yang akan datang, sejak saat ini, hingga sampai akhir kehidupannya di dunia.

8. Lafaz “Na’budu” dan “Nasta’in” adalah bentuk amalan yang dilakukan oleh banyak orang (jamak). Maknanya adalah bahwa ibadah dan doa yang ditunjukkan dalam ayat ini adalah ibadah dan doa yang dilakukan secara berjmaah dalam suatu komunitas masyarakat. Hal ini mengandung hikmah bahwa tauhid yang harus dibangun oleh masyarakat muslim adalah tauhid al-Ijtima’iyyah yaitu tauhid yang memasyarakat dalam sutu kumpulan umat, bukan hanya tauhid al-Infiradhiyah atau tauhid individu perorangan.

*****

Bolano, 21 Februari 2019/16 Jumadil Akhir 1440 H
Khadim Alquran wa as-Sunnah

Aswin Ahdir Bolano

Post a Comment for "Tafsir Surat Alfatihah Ayat 5"

Buku sejarah 25 Nabi Balita