Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tafsir Haraki Surat al Ashr

Demi Waktu (1). Sesungguhnya Manusia benar-benar berada dalam kerugian (2). Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, dan saling menasehati dalam kebenaran, dan saling menasehati dalam kesabaran (3).

Tafsir Haraki Surat al Ashr

Tafsir, alQuran, haraki


Hikmah dan pelajaran dalam ayat adalah sebagai berikut:

1. Surat ini adalah salah satu di antara surat Makkiyah atau surat yang turun di Mekah pada permulaan islam, bahkan sebelum islamnya Amru bin al Ash ra. Hal ini mengisyaratkan bahwa salah satu kunci keberhasilan membangun peradaban islam generasi awal adalah pemahaman yang kuat terhadap pentingnya waktu.

Dengan kata lain, kelemahan generasi islam hari ini juga merupakan gambaran dari pemahaman dan pemanfaatan mereka terhadap waktu.

2. Waktu adalah salah satu modal utama untuk menggapai sukses dunia dan selamat di akhirat. Waktu adalah harta berharga yang tidak terlihat dan sangat mudah hilang selamanya jika kita tidak berhati-hati terhadapnya.

Bahkan, Dalam surat ini, sumpah dengan menggunakan waktu sebagai objek sumpah disambungkan dengan peringatan bahwa manusia mayoritas berada dalam kerugian karena mereka sangat mudah menghilangkan waktu-waktu berharga dalam kehidupan mereka.   

3. Ayat ketiga surat ini mengecualikan beberapa orang yang terbebas dari kerugian saat menggunakan waktu, yaitu:

1) Orang-orang yang beriman dan beramal shaleh

ketika seseorang beraktivitas dalam bingkai iman dan amal shaleh, maka hal itu menjadikan ia sebagai orang yang terbebas dari ruginya waktu. Amal shaleh di sini tentunya bukan berarti bahwa manusia harus beraktivitas ibadah 24 jam tanpa memikirkan nasib diri dan keluarganya di dunia.

Namun, amal shaleh yang dimaksud adalah amalan yang dilakukan untuk memenuhi semua hak dan kewajibannya terhadap Allah, keluarga, anak, orang tua, dan dirinya. Termasuk juga kewajiban dakwah dan perbaikan umat yang diembannya.

Imam Ibnu Jarir rahimahullah dalam tafsirnya berkomentar bahwa maksud ayat ini adalah orang-orang yang membenarkan Allah SWT. dan mentauhidkan-Nya, mendekatkan diri kepada-Nya dengan ketaatan, melakukan amal shaleh, menunaikan semua kewajibannya, dan menjauhi semua larangan-Nya.   

2) Saling menasehati dengan al haq atau kebenaran

Potongan ayat ini memberi kedudukan dan jaminan khusus kepada mereka yang menjadikan dakwah sebagai salah satu agenda kegiatan mengisi waktu dalam hidupnya. Dengan kata lain, jika itu adalah aktivitas dakwah ataupun aktivitas pendukung kegiatan dakwah, maka tidak ada kerugian waktu di dalamnya.

Imam Ibnu Katsir dan Ibnu Jarir rahimahumallah menafsirkan ayat ini dengan arti saling mengajak untuk menunaikan ketaatan kepada Allah SWT. dan meninggalkan segala yang diharamkan-Nya.

Imam Qatadah dan Imam Hasan al Basri rahimahumallah berkata bahwa arti kata al Haq dalam ayat ini adalah kitab Allah al Qur’an. Pendapat ini memberi kita pemahaman bahwa dakwah al Qur’an dengan segala bentuknya adalah bagian dari aktivitas mulia yang menjamin pelakunya terbebas dari kerugian.  

3) Saling menasehati dengan kesabaran

Potongan ayat ini memberikan kita penjelasan bahwa saling menguatkan dan menghibur sesama muslim dalam menghadapi berbagai ujian kehidupan merupakan perbuatan mulia yang disandingkan dan disamakan kedudukannya dengan dakwah di jalan Allah SWT.

Inilah alasan mengapa saling menasehati dengan kebenaran dan saling menasehati dengan kesabaran disebutkan berurutan dalam ayat ketiga surat ini, yang keduanya merupakan bagian dari aktivitas mulia dan terbebas dari kerugian menurut AlQur’an.

Imam Ibnu Katsir rahimahullah menafsirkan ayat ini dengan menyebutkan bahwa kesabaran dalam ayat ini adalah kesabaran terhadap berbagai ujian dan takdir dalam kehidupan, serta bersabar dari perlakuan buruk yang diperoleh dari orang-orang yang didakwahi untuk melakukan perbuatan baik dan perlakuan buruk orang yang didakwahi untuk meninggalkan perbuatan yang munkar.

Imam Ibnu Jarir rahimahullah menafsirkan ayat ini dengan saling menasehati agar bersabar dalam beramal shaleh dalam rangka ketaatan kepada Allah SWT.

Wawasan Islami

Arti kata al Ashr menurut para ulama adalah:

Ibnu Abbas radhiyallahu anhu berkata al ashr adalah salah satu waktu dari waktu di siang hari.

Hasan al Basri rahimahullah berkata al ashr adalah al asyiiyii atau waktu pagi.

Ibnu Jarir rahimahullah berkata al ashr adalah ad dhar atau waktu, yaitu semua bentuk waktu yang ada, baik itu pagi, siang, atau pun malam.

Surat al Ashr Ayat 1 dan 2 Versi Qira’at dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu

 wal ashr wa nawa’ibud dahr (1) Innal insaana lafii khusrin, wa innahu fiihi ilaa akhirid dahr (2)

Demi waktu dan bagian-bagian dalam waktu (1) Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, dan sesungguhnya ia berada dalam kerugian itu hingga akhir waktu (2)

Versi qira’at ini disebutkan oleh Imam Ibnu Jarir rahimahullah dalam tafsirnya dengan jalur periwayatan yang kuat. Redaksi qira’at ini memberikan kita beberapa pelajaran penting, yaitu:

1. Allah SWT. bersumpah dengan segala bentuk waktu yang ada dalam cakupan kata al ashr dan ad dahr. Kedua kata ini artinya adalah waktu dalam bahasa Indonesia. Makna ini sudah disebutkan Ibnu Jarir rahimahullah sebelumnya.

2. Pada qira’at ini ayat kedua terdapat tambahan kalimat “…dan sesungguhnya ia berada dalam kerugian itu hingga akhir waktu”. Tambahan ini semakin memperjelas tingkat kelalaian kebanyakan manusia terhadap waktu yang ada padanya, yaitu berlangsung hingga akhir waktu yang dimilikinya dalam hidupnya.

5 Syawal 2025/4 April 2025, Pukul 21.47 WITA

Khadim al Qur'an wa as Sunnah

Aswin Ahdir Bolano S.Ud

*Alumni Tafsir-Hadits UIN Sunan Gunung Djati Bandung

 

  

  

Posting Komentar untuk "Tafsir Haraki Surat al Ashr"

Buku sejarah 25 Nabi Balita